Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan material adalah karakteristik timbuman, konsekuensi dari keruntuhan timbunan, kriteria deformasi, persyaratan serviceability, dan ketersediaan geosintetik.
Kriteria Minimum Sifat-Sifat Geosintetik untuk Perkuatan Timbunan
1. Kuat Tarik dan Kekakuan
Diantara beberapa alternatif pengujian yang tersedia, uji tarik lebar yang mengacu kepada ASTM D 4595 atau RSNI M-05-2005 dapat digunakan untuk menghitung kekuatan di dalam tanah yang merupakan standar pengujian untuk kuat tarik dan modulus tarik.
Kriteria minimum kuat tarik adalah sebagai berikut:
- Kuat tarik rencana Td adalah nilai terbesar dari Tg dan Tls dengan modulus sekan yang dibutuhkan berada pada regangan 2% sampai dengan 5%. Tg adalah gaya perkuatan yang dibutuhkan untuk stabilitas geser rotasional, sedangkan Tls kekuatan untuk mencegah penyebaran lateral. Tg harus dinaikkan untuk memperhitungkan kerusakan saat pemasangan dan durabilitas. Tls harus dinaikkan untuk memperhitungkan rangkak, kerusakan saat pemasangan dan durabilitas.
- Kuat tarik puncak Tult harus lebih besar dari kuat tarik rencana Td;
- Regangan perkuatan pada saat terjadi keruntuhan sekurang-kurangnya 1,5 kali regangan modulus sekan guna mencegah keruntuhan getas (brittle failure). Untuk pondasi yang sangat lunak dimana perkuatan akan mendapatkan tegangan tarik yang sangat besar saat konstruksi, geosintetik harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung timbunan itu sendiri, atau perkuatan dan timbunan harus diijinkan untuk berdeformasi. Untuk kasus kedua, elongasi saat putus sampai 50% dapat diterima. Pada kedua kasus tersebut, diperlukan geosintetik dengan kekuatan tinggi dan prosedur konstruksi khusus.
- Jika terdapat kemungkinan terjadinya retak tarik pada timbunan atau munculnya tingkat regangan yang tinggi selama konstruksi (contohnya pada timbunan tanah kohesif), maka dibutuhkan kekuatan terhadap penyebaran lateral Tls pada kondisi regangan sebesar 2%.
- Persyaratan kekuatan geosintetik harus dievaluasi dan ditentukan untuk arah mesin dan arah melintang mesin. Biasanya kekuatan jahitan menentukan persyaratan kekuatan geosintetik dalam arah melintang mesin.
2. Penggunaan Lebih dari Satu Lapis Geosintetik
Jika digunakan lebih dari satu lapis perkuatan, maka suatu lapisan berbutir (granular) setebal 200 mm - 300 mm harus ditempatkan di antara setiap lapisan geosintetik tersebut atau lapis-lapis perkuatan tersebut harus digabungkan secara mekanis (contohnya dijahit). Geosintetik yang digunakan harus sejenis untuk seluruh lapisan.
3. Tahanan Rangkak
Nilai tegangan batas yang digunakan adalah 40-60% dari tegangan yang bekerja. Sebaiknya dipertimbangkan pula kombinasi beban hidup terhadap beban mati. Aplikasi beban hidup jangka pendek hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap rangkak dibandingkan dengan aplikasi beban mati jangka panjang
4. Interaksi Tanah-Geosintetik
Uji geser langsung atau uji cabut (pull-out) digunakan untuk menentukan besarnya gesekan antara tanah dan geosintetik, 𝝫sg. Jika hasil pengujian tidak tersedia, maka nilai yang disarankan untuk timbunan pasir adalah 2/3𝝫 sampai dengan 𝝫 pasir (𝝫 adalah sudut geser tanah). Untuk tanah lempung, pengujian ini harus dilakukan pada situasi apapun.
5. Pengaliran Air
Geosintetik harus dapat menjamin terjadinya pengaliran air vertikal dari tanah pondasi secara bebas untuk mengurangi peningkatan tekanan pori di bawah timbunan. Disarankan permeabilitas geosintetik sekurang-kurangnya 10 kali lipat dari permeabilitas tanah di bawahnya.
6. Kekakuan Geosintetik dan Kemampuan Kerja (Workability)
Apabila tidak ada informasi lainnya tentang kekakuan, direkomendasikan untuk menggunakan pengujian menurut ASTM D 1388, Option A dengan menggunakan benda uji 50 mm x 300 mm. Nilai yang diperoleh harus dibandingkan dengan kinerja lapangan aktual untuk menetapkan kriteria perencanaan. Aspek-aspek lapangan lainnya seperti absorpsi air dan berat isi juga harus dipertimbangkan khususnya pada lokasi dengan tanah dasar yang sangat lunak.
Pemilihan Material Timbunan
Penghamparan timbunan beberapa lapis pertama di atas geosintetik sebaiknya merupakan bahan berbutir yang lolos air. Penggunaan material dengan jenis ini akan memungkinkan terjadinya interaksi gesekan terbaik antara material timbunan dan geosintetik. Bahan ini juga berfungsi sebagai lapisan drainase yang dapat mendisipasi air pori berlebih dari tanah di bawahnya.
Bahan timbunan lain dapat digunakan di atas lapisan ini selama dilakukan evaluasi kompatibilitas regangan geosintetik dengan material timbunan. Bahan berbutir (granular) lapis pertama di atas geosintetik tersebut dapat mempunyai ketebalan 0,5 m sampai dengan 1,0 m, sedangkan sisanya dapat menggunakan material lokal yang memenuhi syarat timbunan.