Perkembangan teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia ditandai dengan semakin banyaknya inovasi yang digunakan dalam proses konstruksi. Peranan teknologi bertambah semakin besar terutama untuk mempermudah proses yang terjadi pada suatu proyek konstruksi. Sejalan dengan semakin berkembangnya dunia konstruksi di indonesia, para pelaku konstruksi dituntut untuk mencari metode yang lebih baik termasuk dalam memilih jenis cetakan beton.
Dalam pekerjaan konstruksi beton, ada tiga komponen utama yang harus direncanakan dengan matang karena akan mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan struktur. Ketiga komponen tersebut adalah campuran beton, penulangan beton dan bekisting. Komponen bekisting pada pelaksanaannya juga membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu perencanaannya harus dipertimbangkan faktor ekonomisnya.
Bekisting berfungsi sebagai cetakan untuk memberikan bentuk kepada beton. Mutu dari bekisting akan sangat menentukan hasil akhir dari bentuk beton. Selain itu bekisting juga memberikan pengaruh terhadap mutu beton dalam hal memberikan bentuk pada beton, mencegah hilangnya basahan beton dan juga sebagai isolasi termal untuk beton. Oleh karena itu pemilihan bahan dan metode kerja untuk bekisting harus dilakukan dengan cermat.
Pekerjaan bekisting memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal proporsi biaya dalam pekerjaan beton. Produktifitas dan siklus dari pekerjaan bekisting juga mempengaruhi waktu dari pekerjaan beton sendiri. Semakin cepat produktifitas pekerjaan bekisting, maka akan semakin cepat pula pekerjaan beton terselesaikan. Penggunaan yang berulang bekisting juga bertujuan mencapai nilai ekonomis yang maksimum.
Pada umumnya sebuah bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan fungsi utama untuk memberikan bentuk kepada sebuah konstruksi beton. Disamping itu bekisting juga berfungsi untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan, serta memikul beban hingga konstruksi tersebut cukup kuat untuk memikul berat sendiri, peralatan dan tenaga kerja
1. Bekisting
Cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan
2. Tipe bekisting
Secara garis besar tipe dari bekisting dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Bekisting Konvensional
Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Bekisting konvensional merupakan suatu bekisting yang terdiri dari papan dan kayu balok, yang pemakaiannya masih banyak dijumpai pada proyek-proyek yang relatif kecil dan penggunaannya hanya terbatas pada beberapa kali pakai saja. Untuk bentuk-bentuk yang rumit, akan membutuhkan bahan yang relatif banyak karena akan banyak terjadi penggergajian/pemotongan yang dilakukan sehingga biaya investasi dapat membengkak oleh karena banyaknya bagian-bagian yang hilang akibat penggergajian.
b. Bekisting Semi Modern
Tipe bekisting semi modern merupakan bekisting yang peralatan dan perlengkapannya menggunakan gabugan antara kayu dan bahan fabrikasi. Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghematan biaya karena kayu bukan material utama pada bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan pada bagian tertentu misalnya bekisting kontak menggunakan bahan plywood.
c. Bekisting Modern
Keseluruhan material yang digunakan pada system ini adalah material besi dan baja. Karena pemasangannya sudah sangat disederhakanan, segi kerja teknisnya pun sangat ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting ini sangat mahal.
Menurut Kurniawan (1998) biaya bekisting terdiri dari :
- Biaya material bekisting
- Ongkos kerja bekisting
- Biaya perencanaan bekisting
3. Jenis Bahan Dasar Bekisting
Dalam makalah ini akan disajikan perhitungan Biaya, Mutu dan Waktu untuk pembuatan bekisting dengan bahan yang berbeda. Bahan yang akan digunakan untuk dasar bekisting adalah sebagai berikut:
a. Multipleks Biasa (18 mm)
Multipleks yang akan digunakan adalah ukuran 4’x8’ (120x240 cm) dengan ketebalan 18 mm. Multipleks biasa mempunyai ketahanan yang kurang baik sehingga hanya dapat dipakai sekitar 2-3 kali tetapi harga multipleks biasa relative murah dibandingkan jenis yang lain. Selain itu penggunaan multipleks biasa sebagai bekisting akan membuat permukaan beton yang dihasilkan kurang halus sehingga perlu melakukan finishing setelah pembongkaran bekisting.
b. Plywood Film Face (Tego Film)
Tego Film yang akan digunakan adalah ukuran 4’x8’ (120x240 cm) dengan ketebalan 18 mm. Merupakan produk multipleks yang permukaannya dilapisi dengan lembaran Phenol Formaldehyde Film (45/125 gsm) pada satu sisi atau dua sisi. Tego Film bisa digunakan berulang sampai 8-10 kali pakai.
Penggunaan Tego film akan memberi hasil permukaan beton yang licin dan merata karena semen yang menempel pada permukaan mudah dibersihkan sehingga dapat digunakan berulang kali.
Dari sisi harga, multipleks biasa yang paling murah dan yang paling mahal adalah Plywood tego film. Meski harganya mahal tetapi hasil pekerjaan pengecoran beton menggunakan bekisting dengan Tego film lebih halus permukaannya dan kadang tidak perlu diaci lagi, selain itu tego film bisa dipakai berulang kali 8-10 kali pakai meskipun tergantung juga dari cara pembongkaran bekistingnya apakah rapi atau tidak.
4. Metode Kerja Bekisting (Knockdown System)
Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional maka direncanakanlah system bekisting Knockdown yang idenya berasal dari pak Noerhadi yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knockdown ini memang biayanya lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knockdown ini menjadi jauh lebih murah.
5. Metode Pelaksanaan Konstruksi
Metode Pelaksanaan konstruksi merupakan bagian yang memegang peranan penting dalam mewujudkan progres di suatu proyek. Metode pelaksana konstruksi tidak hanya memberikan teknik bagaimana mewujudkan suatu pekerjaan sesuai dengan petunjuk dan gambar.
Pemilihan metode kerja yang tepat akan memberikan kita suatu gambaran penyelesaian suatu pekerjaan, hal ini membutuhkan suatu inovasi, kreatifitas dan pemahaman dari seorang engineer. Pemilihan metode kerja juga harus disesuaikan dengan kondisi proyek/pekerjan baik yang bersifat teknis dan non teknis, aspek sosial, aspek budgeting, dan sebagainya sehingga terciptalah suatu metode kerja yang tepat sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat yang tepat.
Hal tersebut dikarenakan metode kerja yang dipilih dan dinilai tepat, pada proyek kita belum tentu tepat pada proyek lainnya baik masalah waktu, tempat, dan biayanya, sehingga ketepatan pemilihan metode diseuaikan dengan kondisi proyek yang dihadapi.
Pemilihan inovasi metode kerja yang tepat akan menghasilkan suatu proses percepatan waktu penyelesaian dengan biaya yang murah. Namun terkadang sebuah teknologi tidaklah murah, tetapi dengan teknologi suatu pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif. Untuk itu, seorang engineer harus mempunyai inovasi-inovasi kerja yang cepat dan hemat sehingga dapat menghemat Anggaran Pelaksanaan Proyek.