-->

Konsep Bangunan Sehat

Konsep Bangunan Sehat

Konsep bangunan sehat ialah konsep yang dikembangkan sebagai lanjutan dari konsep bangunan hijau. Konsep ini tidak hanya mempertimpangkan dampak bangunan ke lingkungan, tetapi juga dampak bangunan bagi kesehatan penghuninya.


Hal ini kemudian menjadi pertimbangan baru bagi arsitek dan desainer dalam proses desain bangunan. Selain kesehatan fisik manusia, pada bangunan sehat dipertimbangkan pula kesehatan mental manusia. Hal ini menjadi penting karena ruang yang kita huni dan tempati pada dasarnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap kondisi psikis kita. Sebuah ruang seringkali membuat kita merasa nyaman, sejuk, damai, atau bahkan kita justru merasa suntuk, stres, atau marah. Sebagai contoh, bahwa saat seseorang dalam keadaan stress, maka kerja hormonnya akan meningkat dan kemudian menekan sistem imun, sehingga akan mudah terserang penyakit.

Konsep bangunan sehat yang telah berkembang di Indonesia ialah konsep rumah sehat. Konsep tersebut dijelaskan sebagai bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif (Sherli, 2012).

Dalam UU tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur”. Hal ini menjelaskan bahwa sudah sewajarnya masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan. Suatu rancangan desain yang kurang baik akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental penghuninya. Hasil survei Enviromental Protection Agency (EPA), menyatakan bahwa manusia menghabiskan waktunya 90% di dalam lingkungan konstruksi, baik itu di dalam bangunan kantor ataupun tempat tinggal.


Sejak tahun 1984, The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) USA dalam penelitiannya telah melaporkan terdapatnya sekumpulan gejala gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang bekerja di gedung-gedung bertingkat yang disebut Sick Building Sindrome (SBS). Sindrom bangunan sakit atau sick building syndrome adalah sebuah kondisi yang tidak dapat dikatakan penyakit tetapi sebuah kondisi untuk menjelaskan fenomena pengguna bangunan yang sakit secara bersamaan karena berada di sebuah ruangan.

Fenomena ini tidak dapat didiagnosa secara tepat karena banyaknya pengaruh dari faktor-faktor di luar bangunan yang juga dapat mempengaruhi keberadaan sindrom sakit dalam bangunan. Seperti pendapat Mendell dan Fisk (2007), “Sick building syndrome symptoms do not implicate specific disease or exposure; however, there is considerable evidence that their prevalence, and severity are affected by indoor environmental conditions as well as by psychosocial conditions.”

Gelaja-gejala utama yang mungkin terjadi secara massal bila terjadi sindrom ini terjadi di dalam bangunan adalah:
  • Kulit yang kering, gatal atau radang
  • Mata, hidung, atau tenggorokan yang kering atau gatal
  • Pusing, lesu, iritasi, atau konsentrasi yang buruk
  • Hidung tersumbat atau pilek

Gejala-gejala umum ini kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat gejala yang ringan sampai gejala yang parah.

Sumber: Manual Desain Bangunan Sehat, Program Studi Arsitektur ITB

Share this:

Disqus Comments