-->

Pencahayaan Bangunan Yang Baik

Pencahayaan Bangunan Yang Baik

PENCAHAYAAN BANGUNAN. Pencahayaan alami yang digunakan dalam bangunan biasanya memanfaatkan cahaya bola langit, bukan cahaya matahari langsung karena cahaya matahari langsung biasanya membawa panas dan bersifat menyilaukan yang mengakibatkan mata penat. Berdasarkan hal tersebut, maka Satwiko (2009) menjelaskan bahwa dalam sistem pencahayaan alami, seorang arsitek perlu mempertimbangkan:
  • Pembayangan, untuk menjaga agar sinar matahari langsung tidak masuk ke dalam ruangan melalui bukaan, yang dapat dilakukan melalui penggunaan tritisan dan tirai.
  • Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya bola langit dapat dimanfaatkan dengan baik, seperti bukaan sebaiknya mengadap utara atau ke selatan untuk memperkecil kemungkinan sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan.
  • Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam dan luar ruangan untuk memperoleh pemantulan yang baik (efisiensi pemerataan cahaya) tanpa menyilaukan.  
Dalam mendesain pencahayaan sebuah bangunan, di samping menggunakan pencahayaan alami, seorang perancang juga dimungkinkan untuk menggunakan pencahayaan buatan jika pencahayaan alami tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan keraktivitas pengguna bangunan. Menurut Satwiko (2009), pencahayaan buatan diperlukan jika:
  • Tidak tersedianya cahaya alami pada siang hari saat antara matahari terbenam dan terbit.
  • Tidak tersedianya cahaya matahari alami yang cukup, seperti saat mendung tebal yang mengakibatkan intensitas cahaya bola langit berkurang.
  • Cahaya alami dari matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan yang jauh dari jendela.
  • Diperlukannya cahaya yang merata pada ruang lebar (cahaya alami dari jendela tidak dapat menjangkau bagian tengah ruangan.
  • Dibutuhkannya intensitas cahaya yang konstan atau diperlukannya efek khusus pada ruangan.

Persyaratan Umum Sistem Pencahayaan

  • Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
  • Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
  • Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.
  • Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
  • Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
  • Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
  • Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan gedung.

Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:

  • SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
  • SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
  • SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
  • Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

Pencahayaan Alami

Prinsip-prinsip pencahayaan alami menurut SNI 03-2396-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung adalah sebagai berikut:

Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik 

Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila  o pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. o distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu

Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b) ukuran dan posisi lubang cahaya.
c) distribusi terang langit.
d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut :
a) Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
  • Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.
  • Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
  • Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dad cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dad cahaya langit
Gambar Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja.

b) Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami  Faktor pencahayaan alami siang had ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini

keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya

Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
L rata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi ratarata langit.
T kaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut.
A = luas seluruh permukaan dalam ruangan
R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
W = luas lubang cahaya.
Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasukdinding dimana lubang cahaya terletak.
C = konstanta yang besarnya tergantung dad sudut penghalang.
Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dad bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak.

Langit Perancangan

Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang  dinyatakan dalam lux. Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah :
  • bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
  • memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan  nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah.
  • nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir kedua pasal ini tidak boleh terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi.

Sebagai Langit Perancangan ditetapkan : 1) langit biru tanpa awan atau 2) langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih. 

Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana merata terangnya (uniform luminance distribution)

Baca juga: Konsep bangunan sehat

Sumber: Manual Desain Bangunan Sehat, Program Studi Arsitektur ITB

Share this:

Disqus Comments