Namun setelah zaman kemerdekaan tari Tanduak sudah ditampilkan dalam upacara adat lainnya, seperti dalam upacara Bakawuah.
Tari Tanduak merupakan sebuah tari traidisional anak Nagari Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung warisan Kerajaan Jambu Lipo.
Tari ini adalah tari yang mengandung nilai seni dan sejarah yang mengambarkan adu kerbau antara Suku Pulau Paco di Minangkabau dengan kerajaan Madang Kamulan Majopahit dan juga mengisyaratkan pertikaian antara masyarakat Sembilan Koto di Koto Tuo Muaro Karimo dengan Duo Baleh Koto Halaban MuaroSibakua sebagai latar belakang berdirinya Nagari Lubuk Tarok.
Tari Tanduak yang memiliki 22 kaca yang berarti masyarakat Lubuak Tarok memiliki 4 undang-undang, 4 sarak, 4 adat, 4 kata, 4 nagari dan 2 cupak.
Dalam proses perkembangannya Tari Tanduak dianggap sebagai suatu penampilan terpenting dalam prosesi adat dan budaya di Nagari Tarok, sehingga dikenalah Tobo Tanduak sebagai refleksi dan pengejawantahan dari aspek kegotongroyongan dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat guna membangun ekonomi kerakyatan yang berbasis nagari.
Fungsi hiburan dapat diperoleh bagi penikmat tari dalam penampilan tari tanduak, baik bagi penonton atau penari itu sendiri. Penari tari Tanduak berjumlah 8 orang penari yang memakai kostum sarawa tapak itiak, baju taluak balango, deta jo kain sencong.