Pola pewarisan secara alamiah yang diterima Bapak Ibrahim inilah yang kemudian dikembangkannya di Desa Koto Rendah, Kecamatan Siulak, Kerinci.
Pertunjukan Tupai Jenjang dijadikan media hiburan untuk upacara naik rumah (yaitu tradisi pindahan rumah pada masyarakat Kerinci), sunatan masal, dan juga pengisi acara pada pesta pernikahan. Sastra lisan ini berisi tentang kisah Tuanku Rajo Tuo dan Pati Lindung Bulan, yang sejak pernikahannya belum dikaruniai seorang anak.
Bagi Lindung Bulan biarlah mendapatkan anak seekor tupai asalkan mendapatkan keturunan.
Tradisi ini terancam punah, dikarenakan semakin berkurangnya generesi pewarisnya.