-->

Randai Kesenian Minangkabau Dikenal Sejak Beberapa Abad Lalu

Randai Kesenian Minangkabau Dikenal Sejak Beberapa Abad Lalu

Randai merupakan pertunjukan kesenian Minangkabau Sumatera Barat sejak beberapa abad lalu yang dianggap paling lengkap karena menghadirkan empat unsur kesenian sekaligus, yakni seni tari, seni suara, seni musik, dan seni sastra/seni peran/akting atau seni drama.

Randai tidak hanya memuat pesan-pesan moral dan pendidikan, tapi juga memiliki unsur historis karena cerita yang dimainkan sebagain besar adalah cerita klasik Minangkabau yang mengandung nilai sejarah.

Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat.

Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang. Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang cukup panjang.


Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.

Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut tukang goreh, yang mana selain ikut serta bergerak dalam lingkaran legaran ia juga memiliki tugas yang sangat penting lainya yaitu mengeluarkan teriakan khas misalnya hep tah tih untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo gerakan dalam tiap gerakan. Tujuannya agar randai yang dimainkan terlihat rempak dan menarik serta indah dimata penonton.


Biasanya dalam satu group Randai memiliki tukang goreh lebih dari satu, yang tujuannya untuk mengantisipasi jika tukang goreh utama kelelahan atau kemungkinan buruk lainnya, karena untuk menuntaskan satu cerita randai saja bisa menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih.

Randai dipertunjukkan oleh sebuah tim dalam formasi lingkaran. Kesenian ini menampilkan seni tari yang berasal dari gerakan-gerakan mancak atau bungo silek (bunga silat) dan diiringi oleh musik vokal (dan juga musik instrumental) dan sastra (pantun atau drama).

Randai dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu). Cerita dalam Randai, selalu mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.

Biasanya randai dimainkan pada perayaan pesta, seperti: pernikahan, pengangkatan penghulu atau pada hari besar tertentu. Bahkan, pemerintah Sumatera Barat mengemas kesenian randai sebagai salah satu icon daerah untuk menarik para wisatawan datang berkunjung ke Sumatera Barat.

Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.

Randai yang banyak berkembang akhir-akhir ini berangkat dari kedua bentuk randai ulu ambek dan randai silek, yang diduga mulai dikreasi sejak tahun 1920-an, yakni ketika berdirinya Sekolah Raja di Bukittinggi yang mengajarkan dramaturgi atau seni sastra drama.

Unsur drama dimasukkan ke dalam randai, yakni adanya unsur cerita yang direpresentasikan dalam bentuk dialog antartokoh. Jumlah pemain adalah 12 atau lebih dalam jumlah selalu genap karena ada keharusan untuk menampilkan gerakan berpasangan.


Unsur cerita dalam randai disampaikan dalam dua bentuk, yaitu narasi yang dinyanyikan dalam dendang oleh tukang dendang (yang lazim berada di luar lingkaran bersama pemain musik instrumental) dan dialog antartokoh yang kadangkala berperan sekaligus sebagai tukang galombang.

Tukang galombang adalah pemain randai yang menampilkan tarian yang bersumber dari gerakan-gerakan mancak yang dimodifikasi. Jadi, randai memiliki struktur pemain yang terdiri atas tukang galombang (penari), tukang dendang (penyanyi), tukang saluang/talempong/musik (pemusik), tukang aliah (pemimpin perlihan gerakan dan adegan), dan tukang peran (tokoh pemeran).

Momentum pertunjukan randai jenis terakhir ini dalam struktur alek nagari ditempatkan setelah randai silek. Penempatan tersebut berkaitan dengan tingkatan nuansa adat yang inheren di dalam bentuk kesenian tersebut di mata pemangku adat.

Randai ulu ambek merupakan pertunjukan mancak atau seni gerak tari yang ditampilkan dalam rangkaian alek ulu ambek di laga-laga atau pauleh di Padang Pariaman. Pelaku pertunjukan adalah laki-laki dengan jumlah ganjil. Randai itu diiringi dengan musik vokal dampeang yang dinyanyikan oleh dua orang tukang dampeang.

Gerakan-gerakan randai ulu ambek dipimpin oleh seorang tukang aliah (tukang alih). Pertunjukan ini dilaksanakan pada malam hari setelah salat isya dan berlangsung sampai pagi sesuai dengan jumlah kelompok peserta yang datang dalam even yang mewadahi kegiatan tersebut.


Momentum pertunjukan adalah alek nagari, yaitu pesta nagari yang diadakan khusus dalam rangka peresmian pangulu (penghulu), kapalo mudo (kepala kepemudaan di tingkat nagari), muncak buru (pemuncak atau kepala dalam komunitas kelompok perburuan), atau peresmian sarana dan prasarana umum yang monumental seperti kantor nagari.

Bentuk randai yang kedua adalah randai silek (randai silat), yakni randai yang menjadi bagian dari komunitas dan pertunjukan silek (silat).

Pertunjukan randai silek itu berupa pertunjukan gerakan-gerakan pencak silat dalam formasi melingkar oleh sejumlah pemain dalam jumlah genap sehingga memungkinkan untuk berpasang-pasangan.

Musik vokal dinyanyikan sekaligus oleh pemain dalam bentuk koor dan berbalas pantun. Momentum pertunjukan sama dengan pertunjukan randai ulu ambek, tetapi waktunya mesti tidak bersamaan, yaitu setelah hari pelaksanaan pertunjukan randai ulu ambek.

Berbeda dari randai ulu ambek, randai silek dapat dijadikan media penyampaian kritik sosial, pesan-pesan pembangunan, kampanye, dan sebagainya.


Randai Babarih

Randai Babasih bukan termasuk seni pertunjukan.Randai merupakan salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran. Namun pada Randai Babarih ini cara bermainnya bukan dengan membentuk lingkaran, tetapi dengan cara berbaris memanjang dan saling berhadap-hadapan.

Randai babarih ini sudah ada sejak dahulu kala, namun karena ini bukan seni pertunjukan, maka randai Babarih kurang dikenal oleh masyarakat umum. Randai babarih merupakan sebuah permainan rakyat yang lebih sederhana dari Randai. Permainan ini dimainkan dengan cara berbaris memanjang dan saling berhadap-hadapan. Biasanya pemainnya berjumlah genap.

Setelah masing-masing anak memiliki pasangan, maka bernyanyilah anak-anak tersebut secara bersama-sama.Sambil menggerakkan tangan dan kaki.Gerakan yang dipakai adalah gerakan randai itu sendiri. Semakin mahir maka lagu akan dimainkan dalam tempo lebih cepat dan gerakan otomatis juga akan ikut cepat.

Permainan ini biasanya dimainkan di halaman rumah atau tempat terbuka. Randai Babarih ini bertujuan untuk meningkatkan ketangkasan pada anak, terlebih anak laki-laki.

Share this:

Disqus Comments