Tari Kejei dipercaya sudah ada sebelum kedatangan para biku dari Majapahit. Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion.
Tarian ini berbentuk melingkar sesuai arah jarum jam dan para penari saling berhadapan. Kekhasan tari ini adalah alat-alat musik pengiringnya terbuat dari bambu, seperti kulintang, seruling dan gong. Namun sejak para biku datang, alat musiknya diganti dengan alat dari logam, seperti yang digunakan sampai saat ini.
Cerita Asal Usul Tari Kejai adalah kejadian yang melatar belakangi terciptanya tarian kejai. Ada beberapa versi mengenai cerita ini, namun semuanya berdasarkan oral (dari mulut ke mulut).
Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang. Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion.
Kekhasan tari ini adalah alat-alat musik pengiringnya terbuat dari bambu, seperti kulintang, seruling dan gong. Tarian dimainkan sekelompok orang yang membentuk lingkaran dengan berhadap-hadapan searah menyerupai jarum jam.
Tari ini adalah tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat Rejang Lebong dalam acara menyambut para biku, perkawinan dan adat marga. Pelaksanaan tari ini disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya.