-->

Pinto Aceh diciptakan pada tahun 1935

Pinto Aceh diciptakan pada tahun 1935

Pinto Aceh diciptakan pada tahun 1935 yang telah menarik perhatian banyak wanita penggemar perhiasan tradisional, baik wanita Aceh maupun orang-orang dari luar Aceh.

Sampai sekarang, setiap orang luar Aceh yang berkunjung ke daerah ini hampir dapat dipastikan akan membawa pulang salah satu perhiasan yang bermotif Pinto Aceh.

Desain awal diambilkan dari sebuah monumen peninggalan Sultan Iskandar.

Untuk mengambil hati masyarakat, Belanda yang telah berhasil menduduki Aceh menyelenggarakan event Pasar Malam atau Sateling pada tahun 1926 di Kutaraja (sekarang Banda Aceh).

Salah satu acaranya adalah pameran perhiasan yang diikuti oleh para pengrajin emas dan perak dari seluruh wilayah Aceh. Bagi yang dianggap sebagai penampil terbaik, oleh panitia diberi penghargaan berupa sertifikat.


Dari sekian banyak peserta pameran, muncullah nama Mahmud Ibrahim seorang pengrajin emas asal Blang Oi, yang karyanya mampu mengungguli pengrajin lainnya.

Dengan prestasi yang dimilikinya itu, Mahmud Ibrahim berhasil memperoleh sertifikat dari penyelenggara pasar malam.Dampak penghargaan itu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan Mahmud Ibrahim selanjutnya.

Nama Mahmud Ibrahim tiba-tiba mencuat menjadi terkenal di seantero negeri, sehingga banyak para pejabat, pembesar dan orang kaya pada masa itu memesan perhiasan hasil karyanya.

Dari sekian banyak pemesan, pada tahun 1935 ada seorang petinggi Belanda di Banda Aceh yang berniat untuk memberikan hadiah istimewa kepada isterinya.

Kepadanya diminta agar membuat bros dengan mengambil contoh desain yang berasal dari bentuk pintu khop.Pintu Khop adalah peninggalan kraton Aceh yang masih tersisa ketika dibumi hanguskan oleh Belanda.

Pintu itu adalah gerbang yang berada di komplek Taman Sari Kraton yang khusus dibuat oleh Sultan Iskandar Muda bagi permaisurinya yang berasal dari Pahang Malaysia, yang letaknya tidak jauh dari bangunan Gunongan yang terkenal itu.

Konon pintu tersebut merupakan penghubung antara Taman Sari dengan sungai Daroy yang selalu dilalui oleh permaisuri dan para dayangnya jikalau hendak pergi bercengkerama mandi di sungai.

Walau keberadaan Pinto Aceb dalam kelompok perhiasan tradisional sejarahnya masih muda (60 tahun).

Namun benda-benda perhiasan bermotif Pinto Aceh telah mendapat kedudukan yang pantas dalam kelompok perhiasan tradisional Aceh yang telah bemsia ratusan tahun.

Share this:

Disqus Comments