-->

Kesenian Senjang Khas Masyarakat Musi Banyuasin

Kesenian Senjang Khas Masyarakat Musi Banyuasin

Kesenian senjang yang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin bermula disalah satu kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu Kecamatan Sungai Keruh.

Dikecamatan ini lah pertama kali kesenian senjang dipopulerkan, kemudian mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat Toman antara lain Desa Mangun Jaya. Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa dan terus ke Kecamatan Sekayu.

Karena itu irama Senjang dari tiap-tiap Kecamatan tersebut tidak sama. untuk kecamatan sanga desa yang terkenal dari desa Ngulak II (arip) dan juga yang paling terkenal dari Desa Terusan (mat Jening).

Tradisi lisan Senjang merupakan hasil praktik kebudayaan dan sebuah representasi dari masyarakat Musi Banyuasin. Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah didalam penyampaian aspirasi yang berupa nasehat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira.

Namun Senjang tidak dapat disimpulkan berasal dari kabupaten Musi banyuasin, Sebab kesenian senjang juga banyak terdapat didaerah lainnya di bagian hulu sungai musi,diatarnya kab. Musi Rawas,Daerah Rupit, Rawas, Muara Beliti, Kota Lubuklinggau, Tebingtinggi, Lintang Empat Lawang, Muara Saling,propinsi Bengkulu daerah Sindang Kelingi, Kota Padang, Lubuk belimbing, Kepala Curup, Kec. Lembak Kota Bengkulu.

Memang diakui Pelantun Senjang mayoritas berasal dari Masyarakat kab.Musi Banyuasin tetapi sampai saat ini masih belum dapat disimpulkan secara pasti Senjang berasal dari daerah yang mana.


Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah didalam penyampaian aspirasi yang berupa nasehat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira.

Senjang juga biasanya dilaksanakan atau dipertunjukkan sebagai hiburan pada acara-acara keluarga seperti acara adat perkawinanan, peresmian rumah baru dan syukuran (Gaffar (1989), Aliana (1996), Linny (2008)).

Dinamakan Senjang karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang ber-Senjang diam sehingga keduanya tidak pernah bertemu. Itulah yang disebut Senjang.

Bila ditinjau dari bentuknya, Senjang tidak lain dari bentuk puisi yang berbentuk pantun. Oleh sebab itu, jumlah Liriknya dalam satu bait selalu lebih dari empat baris. Satu keistimewaan dari kesenian senjang ini adalah penyajiannya yang kompleks sehingga menarik.

Dikatakan kompleks karena penyajianya selalu dinyanyikan dan diiringi dengan musik. Pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia dapat membawakan senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula pesenjang tampil berdua.

Walaupun irama senjang ini pada umumnya monoton, tetapi juga mengajak audiens terlibat sekaligus terhibur. Penampilan senjang tampaknya mengalami perkembangan. Pada zaman dahulu, musik pengiring senjang adalah musik tanjidor.


Seiring dengan perkembangan permusikan dewasa ini, tanjidor sudah nyaris langkah digunakan, tetapi penggantinya adalah musik melayu atau organ tunggal. Pada zaman dahulu, penutur senjang biasanya menciptakan senjangnnya secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang dihadapinya.

Akan tetapi, sekarang kepandaian senjang serupa itu sudah sangat langkah. Pesenjang biasanya menyiapkan senjangnya jauh hari sebelumnya. Bahkan sering terjadi pesenjang menuturkan senjangnya dengan melihat teks yang telah dipersiapkan. Ikatan senjang juga memiliki pola tersendiri. Sebuah senjang biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua merupakan isi senjang yang akan disampaikan.

Bagian ketiga merupakan bagian penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari pesenjang. Makna dan nilai yang terkandung pada Senjang antara lain berisi nasehat, ajaran moral, kritik, yang bersifat edukatif dan sangat berguna dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, serta sebagai alat kontrol sosial dan politik.

Nasehat tersebut berfungsi menyadarkan dan mengontrol orang-orang yang mendengar Senjang agar tidak melakukan hal-hal di luar norma-norma masyarakat seperti dikatakan Suan (2008).

Sebuah tradisi lisan termasuk Senjang, dipertahankan oleh masyarakat pemilik tradisi lisan karena kebermanfaatnnya dalam kehidupan sehari-hari. Jelasnya, nilai dan fungsi Senjang tersebut masih dirasakan oleh masyarakat pemilik.

Share this:

Disqus Comments