-->

Tari Tauh (Betauh) dari Kabupaten Bungo

Tari Tauh (Betauh) dari Kabupaten Bungo

Tari tauh merupakan tarian tradisional yang terdapat di Desa Rantau pandan Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Tarian ini merupakan gambaran dari pergaulan muda-mudi (bujang-gadis) di desa Rantau Pandan, saat mereka bergotong royong bantu membantu dalam suatu tradisi yang disebut beselang.


Dalam pelaksanaan tradisi tersebut, tari tauh menjadi suatu hiburan bagi bujang gadis pada malam atau siang hari selesai mereka bekerja menuai padi. Tauh artinya memanggil atau mengajak. Bertauh dipahami sebagai ajakan untuk menari tetapi berjauhan yang dibatasi oleh sebuah tali yang direntangkan (antar penari berjarak 4 langkah).

Tari tauh ini termasuk dalam kelompok tari pergaulan muda-mudi yang sering diadakan pada saat melakukan tradisi beselang. acara keramaian, pesta perkawinan, atau upacara adat lainnya. Tarian ini ditarikan secara berpasangan dengan jumlah 8 hingga puluhan pasang penari. Para penari tersebut tidak mengenakan pakaian khusus, mereka menari dengan pakaian sehari-hari, apakah baju kurung atau baju kebaya.


Lama pertunjukan tidak dibatasi, tergantung kemeriahan penonton yang ikut menari dan kemampuan menghafal pantun krinok sebagai lagu tari tauh, bahkan tidak jarang betauh dilakukan dari senja hingga pagi hari.

Tari tauh ditarikan secara berpasangan dengan gerakan sebagai berikut :

Gerakan penari laki-laki :
  1. Bertepuk sambil berjalan maju mundur
  2. Melambai melangkah maju mundur
  3. Mengindai sambil berjalan maju dan berbelok kembali ketempat semula
Gerakan penari perempuan : penari perempuan hanya bergerak dengan berjalan mengangkat serempak ujung telapak kaki, kekiri dan kanan sambil berputar perlahan-lahan (menginjit)
  1. Bertepuk pertama = tanda tari dimulai
  2. Bertepuk kedua = tanda tari berakhir
  3. Melambai = serentak satang panjang, serengkung dayung
  4. Mengindai = memperlihatkan jari manis yang belum bercincin
  5. Mengecit = menyatakan setuju dengan pasangannya
  6. Pasangan dapat berpindah apabila kurang setuju Gerak langkah tari tauh disebut juga dengan langkah tigo yang berarti langkah tiga. Disebut langkah tigo karena apabila kaki kanan melangkah, diikuti oleh kaki kiri, dan kaki kanan mundur kembali. Kemudian dilangkahkan pula kaki kiri, kaki kanan menikuti dan kaki kiri mundur kembali. Gerakan lahkah tiga tidak hanya maju mundur, tetapi kadang juga ke kiri dan ke kanan.
Tari Tauh dimulai dengan gerakan pendahuluan yang disebut gerak menarap atau mengajak. Orang yang mengajak orang lain untuk menari terlebih dahulu melakukan gerak salam dengan menyusun sepuluh jari di depan dada. Bagian depan telapak kaki digerakkan ke atas dan ke bawah. Apabila orang yang diajak belum mau, maka jari ditinggikan hingga muka, jika yang diajak masih belum mau maka tangan diangkat lebih tinggi dari kepala, sedangkan gerakan telapak kaki tetap seperti semula.

Apabila orang yang diajak telah setuju, maka keduanya masuk ke dalam arena tarian dengan posisi berhadap hadapan dan berjarak sekitar 4 langkah. Setelah pasangan penari di dalam arena, keduanya meletakkan kedua tangan di atas paha kanan, sebagai tanda bahwa keduanya siap untuk bertauh. Dan kemudian pasangan penari bertauh dengan gerakan bebas, kadang berputar bertukar tempat dan sebagainya.


Tari tauh diiringi dengan kelintang kayu, gong, gendang dan biola serta vokal yang disebut krinok. Krinok adalah syair yang dinyanyikan oleh seorang perempuan ataupun laki-laki. Pada umumnya Krinok untuk tari tauh berkisah tentang muda-mudi dan nasib kehidupan.

Krinok tersebut dinyanyikan secara bergantian, atau lebih dikenal dengan berbalas pantun. pada zaman dahulu, kesempatan bertauh selalu dinanti-nanti oleh kaum muda, karena merupakan kesempatan menyampaikan isi hati kepada orang yang disukai. Saat ini tari tauh yang ditampilkan dalam tradisi beselang sangat sulit ditemukan bahkan dianggap sudah punah.

Saat ini tari tauh hanya dapat ditemukan dalam berbagai acara adat maupun kegiatan malam hiburan serta kegiatan resmi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah seperti : upacara pernikahan, malam hiburan pada peringatan hari kemerdekaan RI dan lain sebagainya.

Hilangnya tari tauh merupakan ancaman serius bagi kelangsungan kesenian tradisional di Rantau Pandan, karena kesenian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan (rekreasi) tetapi juga memiliki fungsi sebagai media mencari jodoh bagi generasi muda. Tetua adat di Rantau Pandan menilai pencarian jodoh dalam tari tauh dipandang lebih sopan dari pada gaya berpacaran generasi muda sekarang.

Share this:

Disqus Comments