Omo Hada di Nias Utara ada yang berbentuk oval dan persegi panjang, sedangkan Omo Hada di Nias Selatan berbentuk rumah panggung berukuran besar yang memanjang ke belakang seperti kapal.
Omo Hada di Nias Utara yang berbentuk oval didirikan bukan dalam konteks kampung seperti di Nias Selatan melainkan berdiri sendiri (tunggal) meskipun berada dalam batas-batas administratif kampung.
Ragam perbedaan bentuk dan fungsi rumah adat di Nias ini menunjukkan adanya sejumlah perbedaan, antara lain ialah perbedaan asal-usul dan leluhur yang sebelumnya diklaim bahwa Ono Niha (manusia Nias) berasal dari satu garis keturunan. Hal ini juga merepresentasikan falsafah di Nias Utara yang menunjukkan harmoni dalam kehidupan keluarga bahwa rumah adalah tempat berlindung keluarga.
Omo Hada di Kabupaten Nias Selatan masih menjadi pusat kekuasaan dan administrasi Tuhen ri Baw mataluo selain sebagai daerah tujuan wisata budaya.
Perkampungan yang mewarisi tradisi megalitik telah menjadi mercu tanda pariwisata Nias dan Sumatera Utara dalam berbagai promosi wisata. Tradisi Fahombo Batu yang menjadi bagian dari tari perang yang dimainkan secara kolosal berasal dari daerah ini.
Hal ini membuat Omo Hada yang jadi pusat perkampungan relatif masih terpelihara meskipun ditemui sejumlah pergeseran fungsi akibat perkembangan teknologi, misalnya penambahan antena parabola di rumah-rumah panggung yang telah berusia ratusan.
Secara adat, Omo Hada yang menjadi bagian utuh perkampungan masih menjadi venue acara ataupun perayaan-perayaan adat Nias Selatan, mulai dari pernikahan, perumusan Fondrak dan sebagainya. Beragam peninggalan megalitik yang melingkupi Baw mataluo antara lain batu tegak seperti menhir menjadi sarana yang mendukung acara atau perayaan-perayaan adat itu.
Konstruksi Omo Hada yang mencerminkan anatomi tubuh manusia ini dijadikan model untuk membangun rumah tahan gempa pasca gempa dan Tsunami Desember 2004.