-->

Tari Landok sampot merupakan tari persembahan dari Aceh

Tari Landok sampot merupakan tari persembahan dari Aceh

Tari Landok sampot merupakan tari persembahan yang ditampilkan sebagai tanda penghormatan kepada tamu atau seseorang yang dimuliakan dalam sebuah upacara adat. Dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam penyambutan kalangan raja-raja, atau boleh ditarikan di kalangan masyarakat atas persetujuan raja. Misalnya dalam upacara perkawinan, khitan, dan lain-lain.

Namun sekarang tari tersebut juga digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan meskipun bukan orang Kluet. Tari Landok sampot dimainkan oleh 8 orang laki-laki dewasa, diiringi oleh seorang penyair dan seperangkat alat musik yang terdiri atas Siling, Gong, 2 canang dan 2 genderang.


Sesuai namanya, Landok yang berarti tari dan sampot yang berarti libas/lecut, maka tarian ini menampilkan gerakan seperti perkelahian antara 2 pemuda. Digambarkan bahwa mereka sedang bertarung memperebutkan seorang putri raja, dan yang menang akan dipilih menjadi pasangan putri tersebut

Jika suku bangsa Aceh menyambut tamu dengan Ranup Lampuan, Gayo dengan tari Guel-nya, maka di Kluet memiliki tari persembahan yang berbeda, yaitu Landok Sampot. Menurut keyakinan masyarakat Kluet, tarian ini diciptakan oleh seorang Panglima Negeri Kluet yang bernama Amat Said.

Tarian ini mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja Imam Balai Pesantun dan Teuku Keujreun Pajelo. Tarian ini dijadikan tarian adat yang disakralkan dalam setiap upacara adat. Sayangnya penciptanya tidak sempat melihat karyanya dicintai masyarakat Kluet.

Karena sebelum tarian ini berkembang, Ahmad Said hilang dan tidak pernah kembali dari sebuah perjalanan di Gunung Lawe Sawah. Sehingga masyarakat menyebut gunung tersebut dengan nama Gunung Amat Said. Sampai sekarang masyarakat setempat sering mengunjungi gunung tersebut untuk berziarah.Sejak saat itu, Tari Landok Sampot terus dikembangkan dan dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa dari Tanah Kluet.

Tari Landok sampot merupakan tari persembahan yang ditampilkan sebagai tanda penghormatan kepada tamu atau seseorang yang dimuliakan dalam sebuah upacara adat. Dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam penyambutan kalangan raja-raja, atau boleh ditarikan di kalangan masyarakat atas persetujuan raja. Misalnya dalam upacara perkawinan, khitan, dan lain-lain. Namun sekarang tari tersebut juga digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan meskipun bukan orang Kluet.

Tari Landok sampot dimainkan oleh 8 orang laki-laki dewasa, diiringi oleh seorang penyair dan seperangkat alat musik yang terdiri atas Siling, Gong, 2 canang dan 2 genderang. Sesuai namanya, Landok yang berarti tari dan sampot yang berarti libas/lecut, maka tarian ini menampilkan gerakan seperti perkelahian antara 2 pemuda.

Digambarkan bahwa mereka sedang bertarung memperebutkan seorang putri raja, dan yang menang akan dipilih menjadi pasangan putri tersebut.

Gerakannya terdiri dari 5 Bagian gerakan antara lain: Landok Kedidi (gerakan seperti burung kedidi yang bisa melompat riang dengan tempo cepat), Landok Kedayung (gerakan gemulai seperti mendayung sampan), Landok Sembar Keluakai (gerakan dasar seperti burang elang menyambar, gerak cepat, tangkas dan dinamis), Landok Sampot (gerak melecut dan memukul dengan menggunakan bamboo seperti tangkai pancing tradisional), dan Landok Pedang (gerakan penari dengan menggunakan pedang yang menunjukkan ketangkasan dan kekebalan).

Untuk menarikan tarian ini, maka penari harus mengenakan pakai yang sesuai dengan adat suku bangsa kluet.

Share this:

Disqus Comments